Jumat, 10 Februari 2017

Pengemis

Salam cinta dari Viksi NET,

Selamat datang kembali di Viksi Net, ya akhirnya kita berjumpa lagi dalam kondisi dimana kita dalam keadaan yang bahagia dan sehat tentunya. Jika kemarin ada sahabat kita yang dirahasiakan namanya mengirimkan sebuah cerpen, maka edisi kali ini juga sama ada yang mengirimkan hasil karya tulisnya. Emmm nama Pengirimnya adalah Em, dengan judul cerpennya "Pengemis". Seperti apa isi ceritanya, mari kita simak bersama.

PENGEMIS

"Nyuwun, Bu... Tiang kalih..." Suara panggilan itu kudengar pada jam makan siangku di rumah.
"Bu.. Pak.. Nyuwun... Tiang kalih, Bu.. Pak.." Sekali lagi kudengar. Suara perempuan. Aku melanjutkan makanku tapa pedulikan asal suara.

"Mbok mandek sih mangane, kae diurusi ono wong ngemis!" Ibuku yang baru selesai salat Dhuhur, tiba-tiba menegurku, menyuruhku berhenti makan dan memerhatikan pengemis.

Aku segera menghentikan aktivitas makan siangku dan berjalan menuju kulkas. Di atas kulkas, ada kaleng berisi uang recehan yang sengaja disediakan oleh ibuku untuk tiap saat ada pengemis meminta-minta.

Kuambil dua receh keping lima ratus rupiah. Kuberikan recehan itu pada pengemis yang keduanya tengah berdiri di depan pintu rumahku yang memang selalu terbuka itu.

Dengan wajah setengah jengkel, kuberikan uang itu dan sepertinya aku memang sengaja agar uang itu terjatuh. Salah satu pengemis itu mengucapkan terimakasih sambil berusaha meraih recehan yang terjatuh. Aku memasang muka sinis. Sangat sinis.

"Dasar pengemis!" Dalam hati saja aku mengumpat demikian.

Keduanya, sekali lagi berterimakasih. Aku hanya berdehem sebagai balasan ucapan terima kasih mereka. Kemudian kulanjutkan aktivitas makan siangku di ruang makan.

"Kalau ada pengemis datang, langsung saja diberi. Wong uangnya juga ada." Ibuku yang sudah melepas mukena dan hendak mengambil nasi, mencoba memperingatiku.
"Iya, Bu." Kujawab singkat.
"Sama, kamu ini, jangan pernah sekali lagi menjatuhkan uang yang hendak kamu berikan ke pengemis seperti tadi." Ucap Ibu kemudian. Rupanya ibuku tadi memperthatikan juga.

Aku merasa dongkol dan tiba-tiba begitu membenci pengemis seketika itu juga.

Kuselesaikan makanku segera. Ibu pasti masih akan memberi lebih banyak wejangan mengenai pengemis ini lagi. Aku tak mau terpaksa mendengarnya.

Keesokan harinya, dan setiap hari, rumahku selalu didatangi pengemis minimal tiga pasang. Biasanya mereka memang "bekerja" dua-dua. Maka kalimatnya yang sudah sangat kuhafal seperti "tiang kalih, Bu.. Pak.." itu, yang maksudnya, "dua orang, Bu.. Pak.." Seakan-akan menegaskan bahwa kita yang dimintai, haru memberi uang 500 rupiah kali dua.

Pemahaman mengenai "tiang kalih" ini benar-benar membentuk pola pikir orang di lingkunganku bahwa setiap satu pengemis yang datang, "harus" diberi uang 500 rupiah. Ini sudah seperti menjadi kesepakatan bersama saja rasanya. Aku bahkan pernah sekali dimarahi ibuku hanya karena memberi dua pengemis dengan hanya 500 rupiah. Itu jatah untuk satu orang, kata ibuku. Kalau yang meminta dua orang, ya beri 1.000 rupiah, lanjutnya kala itu.

"Aku ta kan rela bila kau tinggalkan.." Ini nyanyian dengan genjrengan gituar yang sangat tidak pas pada liriknya. Kudengar nyanyian ini dari seorang pemuda seusiaku yang sedang mengamen di depan pintu rumahku.

"Bajingan! Kalau enggak pengemis, pengamen!" Aku menggerutu siang di hari lain sewaktu sedang bekerja di ruang kerjaku di rumah.

Karena aku sedang sendirian di rumah, kedua orang tuaku sedang menjenguk tetangga di Rumah Sakit, maka pengamen itu kuhampiri dengan muka kesalku. Kuusir dengan kasar.

"Mas, tolong sampean enggak usah ngamen di sini deh. Ini yang terakhir!" Kuberikan selembar uang 5.000 rupiah ke si pengamen. Ia nampak bingung dan di wajahnya nampak mengimbangi wajah kesalku. Ia menggerutu yang tak kudengar karena aku sudah segera menutup pintu rumah dan menguncinya.

"NGAMEN GRATIS!!!" Kalimat ini kucetak pada selembar kertas berukuran A4. Lalu kulaminating, dan kuberi tali agar ia bisa kugantung di depan pintu rumahku.

Ibuku di kemudian hari, meski tak secara langsung menolak apa yang kulakukan itu, nyatanya tak menyukai tindakanku tersebut dengan "mengusir" pengamen seperti yang sering kulihat, kalimat usiran persuasif itu, di banyak toko-toko di pinggir-pinggir jalan.

"Sudah, enggak usah ikut-ikutan orang lain. Lagian ini kan rumah, biar saja siapa pun datang ke sini dengan tujuan apapun asal bukan mencuri. Ibu tak suka pintu rumah kita kamu pasang tulisan semacam ini!" Hari berikutnya, kukira kekesalan ibuku sedang memuncak sehingga berbicara begitu terhadapku sambil memegang tulisan yang kulaminating kemarin.

Aku terdiam dan kubiarkan ibuku membuangnya.

Hari terus berganti dan waktu berjalan tiada henti. Aku masih membenci para peminta-minta yang tiap hari datang mengunjungi rumahku, dan sebagian besar tetanggaku. Setiap hari ibuku "harus" menyediakan sedikitnya 3.000 rupiah uang receh untuk diberikan pada siapa pun yang mengemis.

Hari ini, Jum'at Kliwon. Pada hari ini, sudah dapat dipastikan rumah-rumah di daerahku tidak didatangi pengemis. Entahlah aku kurang paham alasannya. Barangkali para pengemis, pergi Kliwonan ke mall-mall untuk berbelanja. Atau kumpul bersama keluarga besarnya membahas strategi mengemis. Atau apalah entah aku tak tahu dan sebetulnya tak mau tahu. Yang jelas, Jum'at Kliwon menjadi satu-satunya hari di mana tak ada pengemis berkeliaran. "Pengemis-Free-Day", sepertinya secara tak sengaja resmi diadakan tiap hari Jum'at Kliwon.

Jam 2.15 aku sedang membaca buku di ruang tamu saat tiba-tiba ada suara kudengar mengucap salam sembari mengetuk pintu. Sesaat kemudian kubuka pintu. Kulihat seorang pemuda berwajah gelap dan kukira wajahnya begitu lusuh. Penampakan itu terbantu oleh pakaiannya. Ia memakai peci dan baju putih, sedangkan celananya berwarna hitam. Di tangannya, terdapat map berwarna merah.

"Assalamu'alaikum.. Nyuwun sewu, Mas.." Ucapnya.
"Ya, wa'alaikumussalam." Jawabku yang segera kupahami apa yang diharapkan orang di hadapanku ini.
"Kulo saking pondok pesantren......" Orang itu menyebut nama pondok pesantren dan tujuannya datang ke rumahku.

Aku segera mengumpat dalam hati, "Bangsat. Masih ada saja."

Kupersilakan orang itu masuk dan aku menuju kamar untuk mengambil uang.

Ini adalah tradisi, entah di keluargaku saja atau juga di lain keluarga, yang mana jika pengemis berpakaian lusuh seperti ibu-ibu, atau pengamen dengan suara yang sangat apa adanya, kita beri setiap orang uang 500 rupiah. Beda jika yang datang meminta adalah orang "utusan pesantren", dengan atau tanpa membawa kalender (biasanya memang yang mengatasnamakan diri dari pesantren, meminta dengan cara menawarkan kita untuk membeli kalender yang mana hasilnya akan dipergunakan untuk pembangunan pesantren yang bersangkutan), maka kita memberi mereka dengan nominal yang lebih. Minimal 5.000 rupiah jika kita tak mau membeli kalendernya. Atau membeli kalender dengan seharga antara 10.000 sampai 25.000 rupiah.

Saat kutinggalkan orang itu, aku tak menyadari apa saja yang ada di ruang tamu dan sedikit pun aku tak akan mengira orang tadi akan berani mengambil sesuatu di sana. Maka saat kembali ke ruang tamu, kulihat orang itu tersenyum, di tanganku, ada amplop kecil yang sisipkan uang 20.000 di dalamnya. Aku tadinya mau menyisipkan uang 1.000 atau 2.000 rupiah, namun, maaf, sialnya uang itu tak ada.

Kusodorkan amplop kecil itu pada orang tadi. Ia tersenyum lebar masih memegangi map. Lalu map itu dibuka dan disodorkan ke tanganku. Kulihat ada beberapa nama orang dengan tanda tangan di sampingnya. Aku melambaikan tangan tanda tak usah kuisi form itu. Namun dengan jelas, aku melihat logo pesantren dengan nama pesantrennya yang sampai sekarang masih kuingat lengkap dengan alamatnya.

Lelaki tadi pun pamitan. Aku mengangguk dengan muka sinis namun tak kuhadapkan ke orang itu. Ia lalu keluar dari pintu rumahku. Aku melanjutkan membaca buku. Hingga tertidur.

Pukul 4 sore, aku dibangunkan ibuku.

"Bangun, Rif. Arif, bangun. Ngashar dulu sana." Aku gelagapan. Kugapai-gapai tanganku mencari buku yang tadi kubaca dengan masih setengah sadar.

Seakan tahu apa yang kucari, ibuku bilang, "Sudah ibu pindah ke mejamu."

Aku mulai sepenuhnya sadar. Lalu segera bangkit dari sofa ruang tamu, berjalan ke kamar mandi.

Usai mandi dan salat Ashar, aku kembali ke ruang tamu dengan secangkir kopi dan buku tadi. Menghabiskan waktu sorre dengan membaca buku adalah aktivitas favoritku. Apalagi dengan kusediakan sendiri kopi hitam, ah, aku serasa puas. Semua pikiranku tentang dunia, segera terlupakan. Termasuk tentang pengemis, pengamen, dan peminta sumbangan yang sering mengatasnamakan pesantren.

Di tengah aktivitas membacaku, aku merasa ingin sekali mencatat sesuatu. Ada kalimat indah di buku yang tengah kubaca. Dan seperti kebiasaanku, aku ingin mencatat "quote" itu dengan hapeku.

Aku segera mencari-cari di mana hape yang biasa kupakai mencatat. Kucari di seluruh sisi ruang tamu. Tak ada. Di kamarku, kuobrak-abrik lemariku, tak kutemukan. Bahkan aku sempat memeriksanya di atas lemari, yang bahkan jika kupikir dengan nalar warasku, mustahil kutaruh hape di sana.

"Bu'e.. Lihat hapeku?" Aku mulai cemas saat bertanya pada ibuku.
"Enggak." Jawab ibuku singkat. Beliau sudah memakai mukena untuk siap-siap jamaah Maghrib ke musala dekat rumah. Adzan Maghrib berkumandang, aku masih mencari-cari hapeku. Aku sudah lupa tujuanku mencari hape, malahan.

Kucoba memberi panggilan ke nomor di hapeku dengan memakai hape Bapakku. Tidak tersambung.

"Bajiiiingaaaannn..." Aku mulai mengumpat lirih entah kutujukan pada siapa atau apa.
"Kok enggak aktif sih?" Kutanyai sendiri diriku sambil terus mencoba melakukan panggilan ke hapeku yang hilang.

Iya, hapeku hilang!

Aku lalu teringat, katanya salat bisa membuat kita jadi teringat sesuatu yang telah kita lupakan. Aku pun salat. Dan, kepada Tuhanku, Allah Ta'ala, aku memohon ampun karena jujur saja aku salat Maghrib waktu itu, kuniati agar aku dapat menemukan di mana hapeku. Tentang Lillahi Ta'ala, kuakui saat itu jauh kuabaikan.

Usai salat, ternyata aku hanya mengingat bahwa terakhir kutaruh hapeku di meja ruang tamu siang tadi saat membaca buku yang berakhir aku ketiduran.

"Ya Tuhan!" Aku tiba-tiba memekik seakan teringat sesuatu. Peminta sumbangan itu! Iya!
"Bangsaaaaaattt..." Kuumpat keras-keras tanpa tersadar bahwa itu hal paling bodoh dan hina karena kulakukan usai salat, yang seharusnya kugunakan untuk membaca-baca wirid memuji Tuhanku.

Aku kemudian mencoba menghubungi teman-temanku yang kuingat nomernya. Kukabari bahwa sementara nomerku tak bisa dihubungi. Kukabarkan pula pada mereka aku baru saja kehilangan hape. Satu dari teman-temanku itu menawariku untuk mencarinya dengan, entah bagaimana caranya aku kurang paham. Karena, kata temanku, hape bersistem operasi Android, bisa ditemukan kalau hilang.

Kuserahkan saja pencarian pada temanku itu.

Semalaman, aku terus menanyai temanku. Hingga akhirnya di tengah malam, temanku itu memberi kabar bahwa hapeku sekarang sudah berada di luar kota. Ia menyebut sebuah lokasi. Namun aku yang sudah lemas hanya mengucapkan terimakasih pada temanku itu. Aku tak berniat mengejar barang yang sudah hilang. Terlebih ia sudah berada jauh. Kuakui aku sedih merelakan hal ini.

Hari-hari kemudian silih berganti. Waktu-waktu kulewati seperti hari-hari biasanya. Kerja menjadi sekretaris Bapakku dalam urusan bisnisnya di dunia Batik. Seperti hari-hari biasa juga, pengemis, pengamen, dan peminta sumbangan, silih berganti datang ke tempatku, ke rumah-rumah. Dan aku tetap membenci mereka.

Aku masih tetap memasang wajah jengkel tiap kali memberikan recehan pada pengemis dkk.

"Nyuwun, Pak Kaji.. Tiang kalih.." Sura itu kudengar suatu siang. Seperti biasa.
"Bu Kaji, nyuwun, Bu... Tiang kalih, Bu..."

Aku tengah mencatat data-data yang begitu penting. Tadi pintu rumah sudah sengaja kututup, tapi dibuka lagi oleh Ibuku sebelum beliau ke luar untuk menjemur pakaian. Ibuku sedang di depan rumah tetangga, ngobrol seperti biasa. Sedang Bapakku, entah di mana, mungkin di belakang. Hal ini membuatku menjadi satu-satunya yang "berkewajiban" melaksanakan tugas memberi pengemis.

Telingaku panas karena terus-menerus mendengar suara pengemis itu. Aku, kali ini sangat jengkel. Aku berdiri dengan menendang kursi tempatku duduk. Sebuah tindakan bodoh, memang.

Di sakuku ada uang receh, kulempar ke wajah dua pengemis itu sambil kuusir dengan ungkapan kasar.

"Kenapa kalian ini tidak bisa berhenti mengemis?!" Aku berkata dengan nada tinggi dan suara keras.

Kulihat kedua pengemis itu seperti sedih. Keduanya berkali-kali meminta maaf sambil memungut receha yang kulemparkan. Salah satu dari mereka, yang menggendong anak kecil, kulihat seperti menangis.

Aku masih menyisakan jengkelku saat kembali ke ruang kerjaku.

Ibuku datang tiba-tiba. Sudah kuduga karena tadi Ibu melihat apa yang kulakukan dari rumah tetangga di mana ibuku ngobrol.

Aku dimarahi habis-habisan. Membuatku semakin jengkel. Bukan pada Ibu yang memarahiku. Tapi pada pengemis yang membuatku dimarahi ibuku.

Malam harinya, malam Selasa. Ada pengajian rutin di musala dekat rumahku. Aku ikut, seperti biasa beersama orang-orang.

Dari pengajian itu, aku mendengar, sang Kyai kami menjelaskan mengenai suatu ayat surah Al Baqarah ayat 263 yang berbunyi, "..qoulun ma'rufun khoirun min shodaqotin yatba'uha adza..." Yang oleh Kyai kami diterjemahkan, "..ucapan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi ucapan yang menyakitkan (si penerima)..."

Saat itu juga, aku tersadar. Aku telah melakukan kesalahan. Terngiang-ngiang olehku ucapan ibuku tadi saat memarahiku, "..mereka itu kita sebut pengemis saja sudah berarti kita hina meski memang demikian adanya. Tapi dengan kelakuanmu merendahkan seperti tadi, itu justru membikin kamu menjadi orang yang sejatinya lebih hina dibanding pengemis. Karena kamu telah menghina agamamu!"

Tadi saat ibu mengucapkan kalimat panjang itu, aku hanya tertunduk dan bertanya-tanya, bagaimana bisa aku disebut "..menghina agama.." Padahal yang kulakukan adalah menghina pengemis?

by EM

Hemmm ceritanya sungguh-sungguh menarik, sekali lagi saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada sahabat Viksi NET bernama Em, sukses terus dengan karya-karyanya ya sob. Hemmm mungkin ada yang mau mengirimkan cerpen, silahkan Viksi akan terbitkan jika memang sesui dengan syarat dan ketentuan hehe. Sampai jumpa sampai bertemu kembali, salam cinta dari Viksi NET. 

Kamis, 09 Februari 2017

Kutunggu dirimu online

Salam cinta dari Viksi NET,

Huff hari ini semangat banget menulis di blog kesayangan,tidak terasa 4 artikel terbit, dimana biasanya hanya `1 artikel dalam waktu sehari. 

Tapi......ada tapinya, diri ini merasa kesepian. Yah bukan kesepian tidak punya pacar atau gebetan tapi memang nyatanya iya Jomblo hahaha. Satu lagi saya menggunakan kata tapi, ini bukan yang saya sesali mengapa jomblo, bagiku jomblo itu keberuntungan jika ingin tahu rasakan lebih dalam lagi difikiran anda kenapa ini sebuah keberuntungan. 

Lanjutkan, emmm saya sedang baik-baik saja alias tanpa galau, jomblo si boleh yang penting tidak ngenes. Lagi dan lagi saya pakai tapi, ini hanya perasaan saja karena saya menjadi tidak semangat ketika dia tidak online. Dia siapa ?, entahlah tidak ada yang tahu. Dia seperti apa entahlah saya juga tidak tahu. 

Emmm makanya cari tahu...., entahlah biarkan saja dia yang kasih tahu hihi

Hidup itu memang tidak bisa terlepas dari rasa kesepian, tapi bukan berarti kita harus mencari pelampiasan. Jaga hati dan fikiran untuk menemukan kebahagiaan yang sempurna. Aku tidak ingin mencari pacar tapi hanya keseriusan yang aku inginkan. Kalau masalah pacar 1, 2,3, 4 itu mudah (ngomong doang ) hahaha. 

Yang pasti untuk menghilangkan kesepian kita harus mendekatkan diri kepada-Nya, disini hati menjadi tenang fikiranpun iya. Yang kedua harus membuat handphone berbunyi, maka dari itu saya bertanya dalam hati "kapan kamu online facebook" 

Cara meningkatkan mental dengan pakaian

Salam cinta dari Viksi NET,

Selamat datang kembali di Viksi, bertemu lagi dengan saya Saliman. Pada kesempatan kali ini. Viksi akan berbagi sedikit mengenai motivasi hidup. 

Pernahkah anda merasa minder dengan orang lain, atau malah mungkin minder dengan teman anda sendiri. Apalagi teman-teman wanita anda yang lama sudah tidak bertemu. Padahal mereka semua adalah teman lama anda yang dulu mungkin satu desa, satu komplek, satu dusun, satu sekolahan, atau satu rumah, opssss salah hehe. Tidak mungkin yang namanya teman satu rimah. 

Jika anda merasa begitu, berarti anda harus sekali lagi mengevaluasi diri anda. Salah satu yang membuat anda tidak pede dengan teman-teman anda mungkin anda menganggap dia cantik, dia ganteng, dia kaya, dia santri, dia dia dia, ya begitulah. 

Lantas bagaimana cara kita meningkatkan mental sedikit saja untuk mendekatinya. Apakah saya harus kaya terlebih dahulu, opsss itukan lama. Apakah anda harus sekolah lagi dan menjadi santri seketika, emmm saya rasa itu berat tapi kalau masalah menjadi santri ya itu harus tapi sedikit-sedikit saja yang penting berkelanjutan. Dan apakah anda harus menjadi cantik atau ganteng, emmm susah juga ya karena sudah dari sononya hehe. 

Nah untuk itu sahabat Viksi NET yang saya cintai, Admin Viksi juga seperti itu merasa seperti itu, kalian tidak sendirian kalian ada temannya, jadi berbahagialah. Karena apa, karena orang yang mempunyai teman banyak adalah orang-orang yang baik makanya dia disukai banyak orang. 

Berpakaianlah yang rapih dan bersih, salah satu cara meningkatkan mental anda terhadap orang lain yaitu dengan berpakaian yang rapih dan bersih. 

Apakah rapih dan bersih harus mahal ?

Tidak juga, ibarat baju lebaran saja, tidak perlu baru yang penting bersih. Tidak perlu mahal yang penting bersih, karena kebersihan sebagian dari pada iman. Jadi kalau anda menyukai kebersihan hati dan iman anda baik. 

Dengan kita mandi, pakai sabun, gosok gigi, keringkan badan dengan handuk sampai kering, berpakaian rapi , sisiran dan pakai wewangian tentu itu akan meningkatkan mental anda untuk menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat anda yang anda anggap dapat menurunkan mental anda. Percaya diri itu perlu.

Minggu, 05 Februari 2017

Faktanya semua orang melihat dulu baru menyimpulkan

Salam cinta dari Viksi NET,

Selamat datang kembali di blog sederhana ini, kali ini hal yang tidak seperti biasanya, Viksi mendapat kiriman dari sahabat Viksi yang mungkin sedang patah hati atau emosi dan ingin meluapkan amarahnya dalam bentuk tulisan. Maka Viksi siap menampungnya, tapi syarat dan ketentuan berlaku. Karena keterbatasan waktu dari sang admin, sehingga penyuntinganpun tidak sempurna, jadi nikmati saja isi suratnya seperti dibawah ini :
 
Sebelumnya saya serahkan kepada admin Viksi NET, mau diberi judul apa atas tulisan saya, ini hanya sebatas curhat. Jika semua orang mau memberi masukan pasti komen di blog viksi.net dan saya bakalan membaca komennya secara anon. Jika ada ketikan yg mau di ubah silahkan, atau mungkin ada tulisan saya yang disingkat, silahkan admin Viksi untuk menyuntingnya. Baiklah tidak perlu waktu lama saya akan mulai menceritakannya.

Halo, sebenarnya saya bukan siapa-siapa, namun saya ingin berbagi pengalaman atas apa yang pernah saya rasakan, dan mungkin jarang orang lain merasakan hal seperti yang saya rasakan. Semua kisah ini tanpa rekayasa, karena ini murni dari pengalaman saya pribadi. Bahkan, mungkin saja sang admin Viksi pun tidak akan menyangka atas pengalaman saya ini, setelah membaca tentunya. Yang jelas ini masalah percintaan saya.

Sebelumnya saya akan menggunakan nama samaran karena menyangkut privasi diri ini. Ya anda bisa memanggil saya dengan sebutan Marshal Matters, kenapa? tentu saja terserah saya mau pakai nama siapa hahahaha (kidding). Jadi disingkat M&M alias Eminem.. idola saya (dewa rapper) sesuai salah satu judulnya dia Rap God..dengan nama asli nya marshal matters.. saya terinspirasi dia dengan beratnya cobaan hidup rapper kulit putih pertama yg sukses besar.. karna awal karirnya dia selalu dihujat bagaimana mungkin kan semua rapper kebanyak kulit hitam, dengan status broken home, mamanya adict obat2an.. bapaknya entah kemana, dia sendiri pernah cerai beberapa kali, Nah loh malah ngomongin orang.. kembali ke cerita saya... LOL

saya adalah Manusia ... ya Manusia.. Tolong saya manusia !!

yang droped school,,, dan dikasih karunia  tuhan dengan sedikit bumbu ketidak sempurnaan fisik, dan sedikit tambahan lagi salah satu kegunaan yang tidak bisa digunakan... contoh : tidak bisa berjalan LOL,.. saat saya nulis ini saya umur  dibawah 20 tahun... . saya merasa saya itu spesial,.. karna kemana mana semua mata memandang saya LOL... karena faktanya orang menilai dari cover... dan itu fakta juga logika... yg boleh semua orang punya... dari sini permasalah saya muncul susahnya cari cewe.. hehehe

setelah saya droped school,  saya coba usaha kecil2an dengan total modal 300-500 hasil THRan haha.. saya usaha.. yg bisa dibilang pendapatan bersih sehari paling besar 6,000 rupiah..singkat cerita usaha saya dengan semua "upaya" bukan sekedar kebetulan, namun sekitar 3 tahun saya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. Kalau boleh pamer ya diatas UMR kota saya lah perbulannya. Dan saya juga bisa beli mobil tua,  ya murah sih... seharga motor baru sekarang yang max max max.. haha

dengan umur udah ga muda ... 19 tahun ini 20... saya rasa cewe adalah hal yang "perlu" bagi saya... entah kenapa... mungkin saya juga pengen nyobain gitu ya gimana rasanya malmingan... hahaha.. dan juga disisi lain nikah adalah ibadah (modus)... sesuai logika dan fakta... cewe ngeliat orang kek saya.. udah males liatnya juga.... dan beberapa konsumen saya... bisa dibilang banyak... mereka bilang..  "mas, mana yang punya tokoknya,, saya mau anu"... dengan rendah hati saya ngomong "saya mas".. padahal di dalem hati saya ngomong .. "si 4nj*ng" xixixi becanda deh... dari situ saya mikir.. okay.. ini fakta yg  harus saya ambil... semua orang melihat dulu... dan orang2 ingin melihat apa yg ia jarang lihat.. contohnya kenapa orang tabrakan malah diliatin... orang disability kaya saya otomatis juga banyak diliatin orang kalo saya jalan menggunakan kursi roda kemana-mana... ada beberapa yang respect ada pula yang ga respect seperti kata2 konsumen tadi.. seolah2 orang disability ga mungkin punya tokok kaya gini...

dari poin tadi.. semua orang melihat lalu berpikir...

mungkin saya gapunya cewe karna.. ya.. pertama kali ngeliat aja saya udah kek gini... masa ia mau pacaran haha... dari situ saya mikir.. gimana caranya orang respect terhadap saya... disisi lain tambahan saya droped school... karna kebanyak orang menganggap... gabakaln bener orang droped school itu... saya gamau cerita kenapa saya droped school... yg jelas saya juga pengen lanjut sekolah tapi ada hal lain yg buat saya gabisa... dari sana saya rasa  harus memberi  bukti yang lain... selain masalah pembuktian materi.. agar orang2 respect atau saya bisa diterima sama cewe hahaha.

sebenrnya banyak juga di sosmed.. Marshal.. kenapa kamu gapunya cewe.. muka kamu oke.. putih.. bisa dibilang gantengan kamu dari saya juga.. kenapa kamu gapunya pacar? Hahaha.. "di dalem hati ngomong.. karna saya postingnya cuma muka saya doang :V".. dari sana saya pede muka udah lolos seleksi .. LOL... saya belajar banyak hal2 biar saya dapet respect.. saya belajar bahasa inggris..2 tahun saya di yutub engga pernah liat yutuber indo.. cuma yutuber luar saya tontonin semu biar bisa langsung cara mereka ngomong... dengerin suaranya cara dan gaya mengucap.. aktifin subtile bahasa inggirsnya juga di yutub... lalu artikan di terjemahaan internet...  biar keliatan meskipun saya droped school... ya saya bukan berarti dalam artian bodoh.. dan saya pelajari banyak hal-hal lainya,,.. apa apa saya harus tau meskipun dasar... itu cara pertama dari merubahnya pembawaan diri... saya merubah pembawaan diri, tapi saya tetep ngerasa... yaaa... cewe gasuka ama saya.... Jeng Jeng.. bingung,,, Haha

Tetap pada fakta utama.. semua orang melihat dulu.. lalu berpikir... dan menyimpulkan...

saya pernah bandingin dengan cara liat orang disability di berbagai dunia..yang anehnya.. di asia gambarnya jelek semua...

Kalo misalnya bikin deh sosial eksperimen.. kedua orang itu ke showroom mobil keduanya punya uang buat beli mobil..

Mana Yang Bakalan Di Usir ,saya  yakin yang kiri (asia) yang  bakalan di usir duluan.... kecuali dia langsung nunjukin koper duitnya hahaha...

Kenapa? karena faktanya semua orang melihat dulu baru menyimpulkan..

Dari situ saya tau permasalahannya... dari fashion itu sangat tinggi.. jika kita ingin mendapatkan respect...

saya coba deh nih... ngebenerin kerapihan penampilan saya... pernah fashion yg saya pake sesekali... dari ujung kaki sampe kepala.. kalo di totalin.. yaa mungkin semuanya 3,5 Jt... (maaf pamer) dalam rangka kalo berangkat2an,,, bukan untuk kerja.. kerja harus sederhana hehe..

Dari situ saya ngerasain... sedikit perbedaan yg contohnya ada beberapa orang tua (daerah) mungkin... ngajak bicara ke saya nya pake bahasa Indonesia.. bukan bahasa daerah.. meskipun si orang tua tadi kurang fasih bahasa Indonesia nya... padahal seblumnya.. semua orang tiap ngajak saya ngomong itu ya pake bahsa daerah... haha

Setelah saya coba... deketin cewe... ya mungkin beberapa detik saya bisa ngomong yg sebelumnya biasanya acuh dan susah banget... but damn.... kebanyakan cewe gamau sama saya. dengan cara ngehindar.. meskpun dah beberapa detik ngomng itu tadi.. dari sekian yg saya ceritain usaha saya buat dapetin cewe.... setelah logika dan perhitungan yang saya ambil dan beberap riset sederhana... cewe itu rumit...

- tinggalkan komentar untuk kasih saran saya agar dapet cewe -

- Sebenarnya saya menggunakan kosa kata "GW & LU" karena saya kebiasaan bersosial media dengan orang JKT.. karna dulu saya suka JKT48.. jadi banyak temen JKT hehe. Tapi sayangnya untuk terbit di Viksi NET harus menggunakan, minimal bahasa baku untuk pemeran selain nama, seperti (aku, kamu, saya, dll). Jadi jika anda ingin menikmati cerita dengan sensasi berbeda rubahlah "saya" menjadi "Gw" hehhe.

- Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun kosa kata yang kasar maupun menyinggung  perasaan anda, ini semua adalah ungkapan isi hati saya pribadi (Pengirim tulisan yang namanya dirahasiakan).

Nah itu dia sahabat Viksi isi surat dari sang pengirim, hemmm menarik sekali. bagi kalian yang ingin berbagi cerita dapat mengirimkan curahan hati sahabat sekalian, tapi diusahakan jangan ada singkatan agar cerita mudah dipahami dan di translite dalam bahasa asing, saya Saliman mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungannya, dan kiriman suratnya dari sahabat Viksi. Sampai jumpa, salam cinta dari Viksi NET. 

Kamis, 02 Februari 2017

Manfaat menulis karena hobi

Salam cinta dari Viksi NET,

Hello, sahabat Viksi yang selalu bahagia,sedang apakah dirimu ? oh iya kan sedang bahagia hehe. 

Pada kesempatan kali ini mumpung kalian sedang bahagia, maka Viksi akan membuat kalian semua lebih bahagia lagi denga menghadirkan pembahasan yang tentunya bermanfaat serta menarik. Iya, pasti menarik sekali untuk disimak, temanya tentu saja berkaitan dengan manfaat menulis karena hobi. 

Hayo, siapa yang disini menulis karena hobi ? ah pasti banyak sekali yang menulis karena memang itu hobinya. Lantas apa si keuntungannya menulis karena hobi ? tentu saja banyak sekali. 

Yang pertama, menulis dikarenakan memang hobinya ya sudah pasti penulis itu sendiri akan merasa senang dalam menulis tanpa paksaan, apalagi memikirkan imbalan. Hemmm penulis yang seperti ini akan benar-benar mengeluarkan semua ekspresi jiwanya dalam sebuah karya tulisnya. Membuat orang yang membacanya sangat menikmati hasil tulisannya. Sekali lagi karena dari hati.

kedua, sang penulis berniat sekali untuk berbagi pengalaman kepada orang lain tentang kebaikan-kebaikan yang ingin penulis sampaikan. Atau mungkin menceritakan pengalaman pahitnya kepada orang lain agar orang lain itu tidak seperti dirinya (penulis), dengan kata lain menjadi penulis itu peduli dengan orang lain. 

Ketiga, menulis karena hobi sudah tentu tidak akan mudah bosan, kerena setiap kata yang dia ketik adalah karya yang tidak ternilai baginya (penulis). Dengan hanya tulisannya dibaca orang lain saja, sang penulis pastinya akan menjadi lebih semangat untuk berkarya kembali, lagi, lagi dan lagi tanpa henti. 

Keempat, banyak teman itu pastilah ya karena memang penulis biasanya selalu peduli seperti dikatakan pada point kedua. Tapi bagaimana kalau kita sudah hobi tapi malah dibayar, itu rasanya kira-kira bagaimana ? apakah itu nikmat yang tiada tara. Ya jelas, perkerjaan mana lagi yang paling enak kalau tidak hobi yang dibayar. 

Nah untuk itu sahabat Viksi dimanapun kalian berada, lakukanlah semua aktifitasmu karena hobi. Selain kamu senang melakukannya kalau ditekuni pasti uangpun akan mengikutimu. Seandainya tetap tidak ada uang, no problem, sudah hobi mau bagaimana lagi hehe.